ini bukan hanya mengenai tentang malam-malam yang sepi, tentang bagaimana bintang berkerlipan merepresentasikan cahaya, ini adalah tentang manusia-manusia yang diombangambingkan dimensi ruang dan waktu, di kala hembusan nikotin melebihi oksigen yang ada dalam paru, dikala ampas kopi menyesaki tiap inchi dari dinding-dinding lambung.
ada kalanya kita terjatuh, dan tangis menemukan ritmenya sendiri, bagai alunan suara musisi di emper pertokoan, ketika itu uluran tangan menjadi sebuah rahmat yang elok tentang sebuah kata yang bernama humanisme, itulah yang menciptakan senyum, senyum yang lepas seperti anak panah yang terlepas dari busurnya.
mitologi dan simbiosis antara kearifan lokal dan alam telah menjadi bagian integral dari sebuah perjalanan peradaban manusia, meski terkadang manusia terlampau curang untuk membinasakan tiap jengkal pertiwi, mengebiri dan menggagahinya dengan mempertuhankan perut, disitu terdapat sebuah jurang dialektik antara penguasa dan yang terkuasai, antara pemilik modal dan yang budak-budak berupah sepiring nasi aking sehari.
racauan ini tak hanya terhenti pada wacana humanisme, tentang bagaimana sebuah empati sosial dapat berimbas pada pencitraan dari partai-partai politik untuk berebut kue kekuasaan, tentang bagaimana memanfaatkan celah kecil pada aspek humanisme untuk mengedepankan keangkuhan mereka sebagai pemilik ide-ide cemerlang untuk menghisap habis kekayaan negeri kolam susu ini.
di dalamnya terdapat racauan tentang bagaimana seharusnya cinta diperlakukan, meski tak ada artikulasi dalam alur cinta, namun itu sanggup menjadi gumaman sarkastik, gurauan sensual dan hasrat yang melebihi apapun, ada kalanya kecemburuan sanggup mengobarkan api yang berasal dari sekam basah, namun jika diolah dengan baik maka hal itu dapat memproduksi sebuah dinamika dalam sebuah kehidupan.
yah, malam ini memang masih ada kelabu yang bersembunyi malu di balik lentera yang dinyalakan oleh petugas keamanan berkumis tebal, meski tak hujan meski tak terdapat tanda-tanda badai dari negeri ufuk timur, barat, selatan dan utara, kemanakah malam ini otakku akan bermuara ??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar