sudah lama tuts - tuts mungil ini tak tersentuh oleh jari jemari,
menuliskan tiap kata dalam lembar demi lembar kertas elektronik,
menuangkan segenap rasa dan ide akan sebuah mimpi,
atau merangkaikan setangkup melati mistik,
dunia terus berputar,
dalam poros waktu yang mengikis hidup tiap orang,
menggamit mesra keadaan,
dan membuyarkan isinya sebuah perang,
pun negeri ini telah cukup lama terkoyak,
perang kolonial, perang saudara, perang alam dan perang-perang lain yang terus mengharu biru,
menyisakan kegetiran akan sanak saudara yang terhimpit dan terjebak,
oleh situasi kritis akibat revolusi perputaran roda jaman,
kini tak usah lagi membicarakan seonggok nisan,
yang dahulunya adalah topan bagi kebatilan,
meluluhlantakkan kesombongan dan keangkuhan,
karena nisan itu tak lagi dimaknai sebagai sebuah semangat perjuangan,
mimpi-mimpi akan kesejahteraan telah berbalik arah menjadi mimpi buruk bagi sesamanya,
karena dalam mimpi itu tergambar bagaimana keadaan telah membuat masing-masing menjadi pemangsa,
melahap kawan maupun lawan tanpa etika,
dan memperbesar angkara murka dalam dada,
lantas apa yang dicari dalam dunia ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar