halaman demi halamannya dipenuhi tinta emas,
tanpa menyisakan sedikitpun untuk tinta hitam kelam berjelaga,
ini kisah negara kita yang tenggelam dalam kedzaliman penguasa,
Indonesia dianugerahi Tuhan dengan emas dan permata,
manusianya adalah pejuang-pejuang alamiah dari surga,
tanahnya menciptakan hutan-hutan tropis surga dunia,
lautannya menyimpan harta karun terbesar yang pernah ada,
sayang Iblis telah berkuasa disana,
membodohi tiap bayi yang terlahir dari rahim ibunya,
tiap detik, tiap menit, dan tiap jam,
dengan sekarung argumen basi dialektika tentang bagaimana menunduk dan terkapar di kaki Mahkota,
Ibu kita adalah pejuang yang melahirkan tiap-tiap kombatan,
yang akhirnya terpenjara dalam materialisme kekuasaan,
tak sedikitpun mampu melakukan perlawanan,
yang melawan dipenjarakan,
Ayah kita adalah pejuang,
yang menghidupi keluarga dengan segenap mimpi dan pengharapan,
masa depan yang cerah tanpa penindasan,
namun beliau tergencet oleh tiran,
Kita adalah warisan barisan pejuang, yang berteriak di jalanan, berpeluh doa,
menyetorkan nyawa untuk menjadi tumbal perubahan,
yeah, perubahan,
meski hanya sejengkal,
demi tiap bayi yang terlahir dengan tangisan,
demi tiap doa yang dipanjatkan oleh para kaum papa,
demi pengharapan ibu untuk anaknya,
sadarkah kalian sebagai manusia ?
sistem membuat Indonesia saling membunuh sesama Indonesia demi sesuap nasi,
sistem membuat Indonesia saling menghina sesama Indonesia demi kejayaan pribadi,
sistem membuat Indonesia membunuhi akal dan pikiran Indonesia lainnya,
sistem membuat Indonesia terlupa untuk mengingat Tuhan,
kalian yang diharapkan menjadi peluru untuk menembusi beton-beton yang menyusun benteng kebodohan,
kalian didoakan untuk menggubah simfoni Inferior untuk kembali menjadi Superior,
karena Indonesia dikenal bukan sebagai pengemis,
Indonesia dikenal sebagai kesatuan yang bergerak maju dan dinamis,
sayang, iblis telah berhasil membodohi,
dengan tiap lagu-lagu sendu yang menawarkan kesedihan dan keterpurukan,
dengan tiap tari-tarian yang memberhalakan dunia,
dengan pemikiran ambisius, menerkam saudara sendiri demi kepentingan,
untuk tiap kombatan yang masih berdiri tegak,
dan menggenggam asa tanpa takut tenggelam oleh badai kecongkakan penguasa,
untuk tiap pejuang yang bergerak di lubang-lubang tanpa angin di pemikiran bawah sadar,
ini saatnya untuk keluar dan melakukan pencerahan,
Surabaya, Thursday, February 4, 2010 at 11:10pm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar